Welding Rejection…. (Evaluasi dan Tindakan Pencegahan)
Dalam sebuah konstruksi pipa di mana pengelasan terdapat di dalamnya, maka diperlukan adanya system monitoring yang kuat untuk mencegah terjadinya tingkat repair (rejection rate) yang tinggi. Ini adalah menjadi bagian persoalan dari semua pihak yang terlibat dalam penanganan proyek tersebut.
Dalam mengevaluasi persoalan tersebut, ada beberapa metode yang biasa dipakai untuk menganalisa permasalah yang terjadi di lapangan. Banyak faktor yang menjadikan rejection rate menjadi tinggi, baik dari sisi manpower maupun tool dan consumable yang digunakan. Apabila welding rejection melebihi target yang diijinkan, maka QC Department harus segera melakukan analisa pencegahan untuk selanjutnya disampaikan kepada pihak konstruksi ataupun Project Manager untuk segera dilakukan perbaikan.
Dalam hal ini, diharapkan seluruh bagian sudah memahami besaran target welding rejection rate yang disyaratkan. Demikian pula dengan pelaku lapangan, diharapkan juga sudah memahami dengan Quality Assurance & Quality Control Plan yang sudah dibuat.
Evaluasi hasil rejection dapat dilakukan dalam kurun waktu mingguan, bulanan bahkan harian. Tergantung kepada sistem evaluasi yang disepakati.
Rejection rate classification dari masing-masing manajemen memiliki penerapan yang berbeda. Namun sebagai gambaran, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
| 0% - 2.5% | Daily Monitoring shall be done |
| 2.5% - 5 % | Need surveillance |
| 5% - 10% | Audit comprehensive |
| ≥ 10% | Corrective action plan |
a. Apabila rejection rate mencapai 2.5%, maka aktifitas dari pengelasan haruslah dimonitor dan seorang inspector harus benar-benar memeriksa secara visual kualitas pengelasan.
b. Apabila rejection rate mencapai 5%, maka harus segera diambil tindakan surveillance terhadap QA Plan yang sudah dibuat. Analisa dan identifikasi setiap defect atau cacat pada pengelasan untuk selanjutnya diambil tindakan pencegahan.
c. Apabila rejection rate mencapai angka 10%, maka audit secara menyeluruh terhadap prosedur dan penerapannya dalam QA Plan. Welding Procedure Specification dan Procedure Qualification Record harus benar-benar dievaluasi kembali. Buat segera Corrective Action Plan sebagai tindakan penyelesaian dan pencegahan. Identifikasi setiap defect yang terjadi dan lakukan perbaikan.
d. Apabila rejection rate melebihi dari 10% maka tindakan analisa dan pencegahan yang dilakukan haruslah secara menyeluruh. Baik dari segi manpower, tools and consumable bahkan pada level manajemen. Apakah project procedure yang dibuat sudah tepat atau belum. Ataukah penempatan orang-orang yang ditempatkan sudah berkompeten atau belum. Evaluasi yang menyeluruh ini dilakukan guna mengurangi tingkat rejection rate tersebut agar tidak terjadi masalah yang berkepanjangan.
Adapun jenis cacat pada pengelasan dan kotoran antara lain adalah sebagai berikut:
a. Slag Inclusion
b. Porosities
c. Crack
d. Lack of fusion
e. Carbon or cooper deposits
f. Tungsten inclusion
g. Spatter
h. Rust
i. Grease
j. Paint
Apa yang dimaksud dengan defect-defect tersebut dan bagaimana pencegahannya akan dijabarkan pada kesempatan yang lain.
Yang mempengaruhi adanya cacat pada pengelasan secara umum adalah sebagai berikut:
A. Personil
Personil disini bukan hanya welder sebagai orang yang bertindak langsung terhadap terjadinya pengelasan. Akan tetapi pipe fitter, welding inspector, construction supervisor bahkan hingga level manajemen pun ikut mempengaruhi. Maka dari itu, dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara semua pihak yang terlibat. Setiap welder yang telah disetujui untuk melakukan pengelasan harus sadar akan keterbatasan kualifikasinya sesuai dengan code dan standard yang sudah tercantum pada WPS dan PQR
B. WPS & PQR
Setiap proses pengelasan harus sesuai dengan Welding Procedure Specification dan setiap WPS harus relevan dengan Procedure Qualification Record yang mengacu pada code dan standard yang sudah ditetapkan. WPS yang digunakan harus sudah diujikan dan disetujui oleh pihak yang mempunyai otorisasi.
C. Kondisi Lingkungan
Pengaruh yang sering terjadi di lapangan adalah karena faktor lingkungan kerja yang tidak memadai. Misalkan saja lingkungan yang basah dan angin kencang. Maka dari itu weld tend harus bisa melindungi guna membantu proses pekerjaan pengelasan dan menghindari angin kencang, namun weld tend ini tidak bisa digunakan jika hujan turun lebat. Apabila hujan terjadi, maka proses pengelasan hanya dapat dilakukan di dalam workshop atau dengan istilah shop fabrication.
D. Kondisi Material
Seorang fitter yang bertanggung jawab terhadap penyetelan root gap, harus benar-benar memperhatikan batasan toleransi yang tercantum dalam WPS. Groove angles, root gap, dan root pass misalignment, sesuai dengan yang disyaratkan. Cat, karat, burning dross, grease dan kotoran lain yang dapat mengakibatkan cacat harus dibersihkan terlebih dahulu. Seorang welder pun berhak menangguhkan pengelasan apabila objek yang akan dilas tidak memenuhi syarat yang ditentukan.
E. Kondisi Consumable
Kondisi electrode yang tidak baik dan pemilihan electrode yang tidak sesuai pun mempengaruhi kualitas dari pengelasan. Misalkan saja penggunaan electrode yang dipakai bukan dari yang low hydrogen sedangkan WPS menyebutkan electrode low hydrogen, maka kualitas dari pengelasan tidak dapat terjaga.
F. Kondisi Tool dan Equipment
Welding machine atau mesin las, mempunyai peranan yang cukup di sini. Apabila mesin las yang digunakan tidak layak, maka pengelasan pun tidak akan menghasilkan suatu produk yang baik pula. Maka dari itu, pemeriksaan rutin terhadap kondisi mesin harus dilakukan. Apakah keadaan oli cukup, instrumen-instrumen berfungsi dengan baik, muffler dalam kondisi bagus, sambungan power sudah sesuai, welding cables dan electrode holder bisa digunakan, itu semua harus dilakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala.
G. Interpass Cleaning
Proses pengelasan tidak boleh dilakukan di atas cacat pengelasan seperti slag, crack dan cacat-cacat yang lain. Maka dari itu, seorang welder atau dibantu oleh helper harus membersihkan terlebih dahulu setiap pass setelah proses pengelasan dilakukan. Lakukan pemeriksaan secara visual guna memastikan bahwa pass tersebut bersih dan dapat dilanjutkan pengelasan untuk layer berikutnya.
H. Arc Strike
Hindari arc strike pada permukaan pipa. Lakukan pemeriksaan visual sebelum melakukan pembersihan dengan gerinda. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang memiliki otorisasi seperti welding inspector.
Apabila hal-hal yang mempengaruhi terjadinya cacat pengelasan diperhatikan dengan baik, maka tingkat cacat atau rejection rate pada sebuah konstruksi pipa dan pengelasan bisa diminimalkan.
Demikian semoga bermanfaat…..